6 Keutamaan Ibadah Haji

Sudah kita ketahui bersama bahwa haji adalah ibadah yang amat mulia. Ibadah tersebut adalah bagian dari rukun Islam bagi orang yang mampu menunaikannya. Keutamaan haji banyak disebutkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah. 

Berikut beberapa di antaranya:
Pertama: Haji merupakan amalan yang paling afdhol.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
سُئِلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ « إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « جِهَادٌ فِى سَبِيلِ اللَّهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « حَجٌّ مَبْرُورٌ »
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?” “Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari no. 1519)
Kedua: Jika ibadah haji tidak bercampur dengan dosa (syirik dan maksiat), maka balasannya adalah surga
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349). An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksud, ‘tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga’, bahwasanya haji mabrur tidak cukup jika pelakunya dihapuskan sebagian kesalahannya. Bahkan ia memang pantas untuk masuk surga.” (Syarh Shahih Muslim, 9/119)
Ketiga: Haji termasuk jihad fii sabilillah (jihad di jalan Allah)
Dari ‘Aisyah—ummul Mukminin—radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ ، نَرَى الْجِهَادَ أَفْضَلَ الْعَمَلِ ، أَفَلاَ نُجَاهِدُ قَالَ « لاَ ، لَكِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ »
“Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol. Apakah berarti kami harus berjihad?” “Tidak. Jihad yang paling utama adalah haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari no. 1520)
Keempat: Haji akan menghapuskan kesalahaan dan dosa-dosa
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari no. 1521).
Kelima: Haji akan menghilangkan kefakiran dan dosa.
Dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.” (HR. An Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1/387. Kata Syaikh Al Albani hadits ini hasan shahih)
Keenam: Orang yang berhaji adalah tamu Allah
Dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
الْغَازِى فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu, jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri” (HR. Ibnu Majah no 2893. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Begitu luar biasa pahala dari berhaji. Semoga kita pun termasuk orang-orang yang dimudahkan oleh Allah untuk menjadi tamu-Nya di rumah-Nya. Semoga kita dapat mempersiapkan ibadah tersebut dengan kematangan, fisik yang kuat, dan rizki yang halal.
Semoga Allah mengaruniakan kita haji yang mabrur yang tidak ada balasan selain surga.
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Referensi: Ar Rofiq fii Rihlatil Hajj, Majalah Al Bayan, terbitan 1429 H
Baca pula artikel lainnya di Rumaysho.com:
1. Keutamaan Umrah
2. Menggapai haji mabrur
3. Mencari gelar pak haji
@ Ummul Hamam, Riyadh KSA, 22 Dzulqo’dah 1432 H
Artikel www.muslim.or.id, dipublish ulang oleh www.rumaysho.com


Related Posts:

Saat Banjir Melanda, Amalkan Do’a Ketika Terjadi Hujan Deras

Banjir dapat terjadi karena hujan yang terus menerus turun atau karena adanya hujan deras, bisa juga karena banjir kiriman. Jika yang terjadi adalah hujan yang begitu deras di tempat kita atau hujan yang tidak kunjung berhenti, maka kita bisa meminta pada Allah untuk memalingkan hujan tersebut pada tempat yang lebih manfaat dengan mengamalkan do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Saat Banjir Melanda, Amalkan Do’a Ketika Terjadi Hujan Deras

Do’a yang dimaksud adalah sebagai berikut:

اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ عَلَى اْلآكَامِ وَالظِّرَابِ، وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

(Allahumma hawaalainaa wa laa ‘alainaa. Allahumma ‘alal aakaami wadz dzirabi wa buthuunil awdiyati wa manabitis syajari)

“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, jangan yang merusak kami. Ya, Allah! turunkanlah hujan di dataran tinggi, di bukit-bukit, di perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.” 

Do’a di atas disebutkan dalam hadits Anas bin Malik, ketika hujan tak kunjung berhenti (dalam sepekan), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas memohon pada Allah agar cuaca kembali cerah. Lalu beliau membaca do’a di atas. (HR. Bukhari no. 1014 dan Muslim no. 897).

Do’a tersebut berisi permintaan agar cuaca yang jelek beralih cerah dan hujan yang ada berpindah pada tempat yang lebih membutuhkan air. 

Atau untuk ringkasnya membaca:

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا، وَلاَ عَلَيْنَا

“Allahumma hawaalainaa wa laa ‘alainaa” [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, jangan yang merusak kami]

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata menjelaskan hadits, “Maksud hadits ini adalah memalingkan hujan dari pusat kehidupan, al-aakaam adalah jamak dari akmah dengan memfathahkan hamzah, yaitu gunung kecil atau apa yang tinggi di bumi (dataran tinggi). Adz dziraf maknanya adalah bukit yang kecil. Adapun penyebutan lembah karena di situlah tempat berkumpulnya air dalam waktu yang lama sehingga bisa dimanfaatkan oleh manusia dan binatang ternak.”

Ibnu Daqiq Al-‘Ied rahimahullah berkata, “Hadits ini merupakan dalil doa memohon dihentikan dampak buruk hujan, sebagaimana dianjurkan untuk berdoa agar turun hujan, ketika lama tidak turun. Karena semuanya membahayakan (baik lama tidak hujan atau hujan yang sangat lama, pent).”

Syaikh Abdul Aziz bin Biz rahimahullah berkata,  “Selama hujan tidak membawa bahaya maka –alhamdulillah– ucapkan doa:

اللهم صيّباً نافعاً، مطرنا بفضل الله ورحمته

Allahumma shayyiban nafi’a, muthirna bifadhlillahi wa rahmatihi, Allahummaj’alhu mubarakan

Jika hujan ini memberatkan, maka berdoalah:

اللهم حوالينا ولا علينا

Allahumma hawalaina wa laa ‘alaina”

Jadi, bagi saudara-saudara kami yang merasakan hujan yang begitu deras, amalkanlah do’a di atas. Moga hujan tersebut turun tidak membawa musibah banjir. Moga dengan diberikannya ujian, kita sadar untuk bertaubat pada Allah. Moga kita pun terus diberi kesabaran.

Sumber: muslim.or.id

Related Posts:

Doa Ketika Mendengar Petir

Musim hujan mulai terjadi di sebagian besar kota indonesia. Alhamdulillah hujan ada rezeki dari Allah yang patut disyukuri sehingga kita dianjurkan berdoa, beberapa dari kita mungkin sudah menghapal doa turun hujan. Sering kali hujan turun sangat deras dan terkadang disertai dengan suara petir. Dan ada doa yang bisa kita baca ketika kita mendengar petir.

Doa Ketika Mendengar Petir

Berikut adalah doa ketika mendengar petir.

Apabila Abdullah bin Az-Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan,

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمِدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

Subhaanalladzi yusabbihur ra’du bihamdihi wal malaaikatu min khiifatihi

“Maha Suci Allah yang halilintar bertasbih dengan memujiNya, begitu juga para malaikat, karena takut kepadaNya”1

Doa yang lain, dari ‘Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma tatkala mendengar suara petir, beliau mengucapkan,

سُبْحَانَالَّذِيسَبَّحَتْلَهُ

‘Subhanalladzi sabbahat lahu’

“ Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya”

Lalu beliau mengatakan,

قال إن الرعد ملك ينعق بالغيث كما ينعق الراعي بغنمه

”Sesungguhnya petir adalah malaikat yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana pengembala ternak membentak hewannya.”2

Catatan:

Perlu diketahui bahwa tidak ada doa yang marfu’ (bersumber langsung sanadnya) dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang ada adalah atsar dari sahabat, dalam fatwa Al-lajnah Ad-Daimah (semacam MUI di Saudi) dijelaskan,

من عمل بهذا اقتداءً بهذا الصحابي فلا بأس بذلك، ولا نعلم شيئاً ثابتاً فيه مرفوعاً إلى النبي صلى الله عليه وسلم

“barangsiapa yang mengamalkan dengan mencontoh para Sahabat, maka tidak mengapa. Kami tidak mengetahui sedikitpun hadits yang marfu’ (sampai sanadnya) kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”3


@Masjid Al-Barkah Radio Rodja, Cileungsi


Catatan Kaki
1 Al-Muwaththa’ 2/992. Al-Albani berkata: Hadits di atas mauquf yang shahih sanadnya. Sumber : Kitab Hisnul Muslim Said bin Ali Al Qathanis

2 Lihat Adabul Mufrod no. 722, dihasankan oleh Syaikh Al Albani

3 Sumber: http://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=22105


Penyusun: Raehanul Bahraen

Sumber: muslim.or.id

Related Posts:

Doa Agar Diselamatkan Dari Penyakit Kikir

Ada sebuah do’a sederhana yang jaami’ (singkat dan syarat makna) yang sudah sepatutnya kita menghafalkannya karena amat bermanfaat. Do’a ini berisi permintaan agar kita terhindar dari penyakit hati yaitu ‘syuh’ (pelit lagi tamak) yang merupakan penyakit yang amat berbahaya. Penyakit tersebut membuat kita tidak pernah puas dengan pemberian dan nikmat Allah Ta’ala, dan dapat mengantarkan pada kerusakan lainnya. Do’a ini kami ambil dari buku “Ad Du’aa’ min Al Kitab wa As Sunnah” yang disusun oleh Syaikh Dr. Sa’id bin Wahf Al Qahthani hafizhahullah.

Doa Agar Diselamatkan Dari Penyakit Kikir

Do’a tersebut adalah,

اللَّهُمَّ قِنِي شُحَّ نَفْسِي وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُفْلِحِينَ

/Allahumma qinii syuhha nafsii, waj’alnii minal muflihiin/
“Ya Allah, hilangkanlah dariku sifat pelit (lagi tamak), dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung”

Do’a ini diambil dari firman Allah Ta’ala dalam surat Ath Taghabun ayat 16,

وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”

Kosakata
“الشح” berarti bakhl (pelit) lagi hirsh (tamak/ rakus). Sifat inilah yang sudah jadi tabiat manusia sebagaimana Allah berfirman,

وَأُحْضِرَتِ الأنْفُسُ الشُّحَّ

“Walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir” (QS. An Nisa’: 128).

“الفلاح” artinya beruntung dan menggapai harapan. Yang dimaksudkan al falah (beruntung/menang) ada dua macam yaitu al falah di dunia dan di akhirat. Di dunia yaitu dengan memperoleh kebahagiaan dengan hidup yang menyenangkan. Sedangkan kebahagiaan di akhirat yang paling tinggi adalah mendapat surga Allah.

Kandungan Do’a
Do’a ini berisi hal meminta berlindung dari sifat-sifat jelek yang biasa menimpa manusia yaitu penyakit “syuh” yakni pelit dan tamak pada dunia. Orang yang memiliki sifat jelek ini akan terlalu bergantung pada harta sehingga enggan untuk berinfak atau mengeluarkan hartanya di jalan yang wajib atau pun di jalan yang disunnahkan. Bahkan sifat “syuh” ini dapat mengantarkan pada pertumpahan darah, menghalalkan yang haram, berbuat zhalim, dan berbuat fujur (tindak maksiat). Sifat ini “syuh” ini benar-benar akan mengantarkan pada kejelekan, bahkan kehancuran di dunia dan akhirat. Oleh karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan adanya penyakit “syuh” ini dan beliau menjelaskan bahwa penyakit itulah sebab kehancuran. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

وَإِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ، فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ: أَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا، وَأَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا، وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا

“Waspadalah dengan sifat ‘syuh’ (tamak lagi pelit) karena sifat ‘syuh’ yang membinasakan orang-orang sebelum kalian. Sifat itu memerintahkan mereka untuk bersifat bakhil (pelit), maka mereka pun bersifat bakhil. Sifat itu memerintahkan mereka untuk memutuskan hubungan kekerabatan, maka mereka pun memutuskan hubungan kekerabatan. Dan Sifat itu memerintahkan mereka berbuat dosa, maka mereka pun berbuat dosa” (HR. Ahmad 2/195. Dikatakan Shahih oleh Syaikh Al Arnauth)

Sufyan Ats Tsauri pernah mengatakan, “Aku pernah melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah. Kemudian aku melihat seseorang berdo’a ‘Allahumma qinii syuhha nafsii’, dia tidak menambah lebih dari itu. Kemudian aku katakan padanya, ‘Jika saja diriku terselamatkan dari sifat ‘syuh’, tentu aku tidak akan mencuri harta orang, aku tidak akan berzina dan aku tidak akan melakukan maksiat lainnya’. Laki-laki yang berdo’a tadi ternyata adalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf, seorang sahabat yang mulia. (Dibawakan oleh Ibnu Katsir pada tafsir Surat Al Hasyr ayat 10).

Lalu bagian do’a yang terakhir,

وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُفْلِحِينَ

/Waj’alnii minal muflihiin/
“Ya Allah, dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung“.

Maksud do’a ini adalahb jadikanlah orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Jika ia telah mendapakan hal ini, itu berarti ia telah mendapatkan seluruh permintaan dan selamat dari segala derita.

[Tulisan ini disarikan dari kitab “Syarh Ad Du’a minal Kitab was Sunnah lisy Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qahthani”. Pensyarh: Mahir bin ‘Abdul Humaid bin Muqaddam]


Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber: muslim.or.id

Related Posts:

Fatwa Ulama: Bolehkah Memanjangkan Kuku?

Soal:

Apakah memanjangkan kuku itu haram hukumnya? Dan bolehkah shalat dalam keadaan seperti itu?

Fatwa Ulama: Bolehkah Memanjangkan Kuku?

Jawab:

Kuku boleh dibiarkan (tidak dipotong) selama 40 hari. Demikian juga syarib (kumis), ibt (rambut di ketiak), dan juga‘aanah  (rambut di kemaluan). Berdasarkan hadits shahih dari Anas radhiallahu’anhu, bahwa ia berkata:

وقَّت لنا في قص الشارب وقلم الظفر ونتف الإبط وحلق العانة ألا يدع ذلك أكثر من أربعين ليلة

“kami diberi tenggat waktu untuk memotong kumis, memotong kuku, dan mencukur rambut ketiak dan mencukur rambut kemaluan, yaitu hendaknya tidak dibiarkan lebih dari 40 hari” (HR. Muslim dalam Kitaabut Thaharah, bab Khishalul Fithrah, no. 258).

Dan dalam lafazh yang lain:

وقت لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memberi kami tenggat waktu…” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya, pada musnad Anas bin Malik no. 11823).

Jika sudah 40 hari, maka wajib untuk memotong kumis, memotong kuku, mencukur rambut ketiak dan mencukur rambut kemaluan berdasarkan hadits di atas.

***

Penerjemah: Yulian Purnama
Sumber :  Muslim.or.id

Related Posts:

Sebab Datang dan Hilangnya Hidayah Allah

Dikarenakan inti dan hakikat hidayah adalah taufik dari Allah Ta'ala, sebagaimana pada penjelasan sebelumnya, maka berdoa dan memohon hidayah kepada Allah Ta'ala merupakan sebab yang paling utama untuk mendapatkan hidayah-Nya

Dikarenakan inti dan hakikat hidayah adalah taufik dari Allah Ta’ala, sebagaimana pada penjelasan sebelumnya, maka berdoa dan memohon hidayah kepada Allah Ta’ala merupakan sebab yang paling utama untuk mendapatkan hidayah-Nya. Dalam hadits Qudsi yang shahih, Allah Ta’ala berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku akan berikan petunjuk kepada kalian”1.

Oleh karena itu, Allah Ta’ala yang maha sempurna rahmat dan kebaikannya, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk selalu berdoa memohon hidayah taufik kepada-Nya, yaitu dalam surah Al Fatihah:

{اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ}

“Berikanlah kepada kami hidayah ke jalan yang lurus”.

Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Doa (dalam ayat ini) termasuk doa yang paling menyeluruh dan bermanfaat bagi manusia, oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim untuk berdoa kepada-Nya dengan doa ini di setiap rakaat dalam shalatnya, karena kebutuhannya yang sangat besar terhadap hal tersebut”2.

Dalam banyak hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan kepada kita doa memohon hidayah kepada Allah Ta’ala. Misalnya doa yang dibaca dalam qunut shalat witir:

(( اللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْت))

“Ya Allah, berikanlah hidayah kepadaku di dalam golongan orang-orang yang Engkau berikan hidayah”3.

Juga doa beliau Shallallahu’alaihi Wasallam:

(( اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى، وَالْعِفَّةَ وَالْغِنَى ))

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri (dari segala keburukan) dan kekayaan hati (selalu merasa cukup dengan pemberian-Mu)”4.

Sebaliknya, keengganan atau ketidaksungguhan untuk berdoa kepada Allah Ta’ala memohon hidayah-Nya merupakan sebab besar yang menjadikan seorang manusia terhalangi dari hidayah-Nya.

Oleh karena itu, Allah Ta’ala sangat murka terhadap orang yang enggan berdoa dan memohon kepada-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: “Sesungguhnya barangsiapa yang enggan untuk memohon kepada Allah maka Dia akan murka kepadanya”5.

Hal-hal lain yang menjadi sebab datangnya hidayah Allah Ta’ala selain yang dijelaskan di atas adalah sebagai berikut:

1. Tidak bersandar kepada diri sendiri dalam melakukan semua kebaikan dan meninggalkan segala keburukan
Artinya selalu bergantung dan bersandar kepada Allah Ta’ala dalam segala sesuatu yang dilakukan atau ditinggalkan oleh seorang hamba, serta tidak bergantung kepada kemampuan diri sendiri.

Ini merupakan sebab utama untuk meraih taufik dari Allah Ta’ala yang merupakan hidayah yang sempurna, bahkan inilah makna taufik yang sesungguhnya sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama Ahlus sunnah.

Coba renungkan pemaparan Imam Ibnul Qayyim berikut ini: “Kunci pokok segala kebaikan adalah dengan kita mengetahui (meyakini) bahwa apa yang Allah kehendaki (pasti) akan terjadi dan apa yang Dia tidak kehendaki maka tidak akan terjadi. Karena pada saat itulah kita yakin bahwa semua kebaikan (amal shaleh yang kita lakukan) adalah termasuk nikmat Allah (karena Dia-lah yang memberi kemudahan kepada kita untuk bisa melakukannya), sehingga kita akan selalu mensyukuri nikmat tersebut dan bersungguh-sungguh merendahkan diri serta memohon kepada Allah agar Dia tidak memutuskan nikmat tersebut dari diri kita. Sebagaimana (kita yakin) bahwa semua keburukan (amal jelek yang kita lakukan) adalah karena hukuman dan berpalingnya Allah dari kita, sehingga kita akan memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar menghindarkan diri kita dari semua perbuatan buruk tersebut, dan agar Dia tidak menyandarkan (urusan) kita dalam melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan kepada diri kita sendiri.

Telah bersepakat Al ‘Aarifun (orang-orang yang memiliki pengetahuan yang dalam tentang Allah dan sifat-sifat-Nya) bahwa asal semua kebaikan adalah taufik dari Allah Ta’ala kepada hamba-Nya, sebagaimana asal semua keburukan adalah khidzlaan (berpalingnya) Allah Ta’ala dari hamba-Nya. Mereka juga bersepakat bahwa (makna) taufik itu adalah dengan Allah tidak menyandarkan (urusan kebaikan/keburukan) kita kepada diri kita sendiri, dan (sebaliknya arti) al khidzlaan (berpalingnya Allah Ta’ala dari hamba) adalah dengan Allah membiarkan diri kita (bersandar) kepada diri kita sendiri (tidak bersandar kepada Allah Ta’ala)”6.

Inilah yang terungkap dalam doa yang diucapkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: “(Ya Allah), jadikanlah baik semua urusanku dan janganlah Engkau membiarkan diriku bersandar kepada diriku sendiri (meskipun cuma) sekejap mata”7.

Oleh karena inilah makna dan hakikat taufik, maka kunci untuk mendapatkannya adalah dengan selalu bersandar dan bergantung kepada Allah Ta’ala dalam meraihnya dan bukan bersandar kepada kemampuan diri sendiri.

Imam Ibnul Qayyim berkata: “Kalau semua kebaikan asalnya (dengan) taufik yang itu adanya di tangan Allah (semata) dan bukan di tangan manusia, maka kunci (untuk membuka pintu) taufik adalah (selalu) berdoa, menampakkan rasa butuh, sungguh-sungguh dalam bersandar, (selalu) berharap dan takut (kepada-Nya). Maka ketika Allah telah memberikan kunci (taufik) ini kepada seorang hamba, berarti Dia ingin membukakan (pintu taufik) kepadanya.Dan ketika Allah memalingkan kunci (taufik) ini dari seorang hamba, berarti pintu kebaikan (taufik) akan selalu tertutup baginya”8.

2. Selalu mengikuti dan berpegang teguh dengan agama Allah Ta’ala secara keseluruhan lahir dan batin
Allah Ta’ala berfirman:

{فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى}

“Maka jika datang kepadamu (wahai manuia) petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka dia tidak akan tersesat dan tidak akan sengsara (dalam hidupnya)” (QS Thaahaa: 123).

Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa orang yang mengikuti dan berpegang teguh dengan petunjuk Allah Ta’ala yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya Ta’ala, dengan mengikuti semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, maka dia tidak akan tersesat dan sengsara di Dunia dan Akhirat, bahkan dia selalu mendapat bimbingan petunjuk-Nya, kebahagiaan dan ketentraman di Dunia dan Akhirat9.

Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman:

{وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ}

“Dan orang-orang yang selalu mengikuti petunjuk (agama Allah Ta’ala) maka Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketaqwaannya” (QS Muhammad: 17).

3. Membaca al-Qur-an dan merenungkan kandungan maknanya
Allah Ta’ala berfirman:

{إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا}

“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS al-Israa’: 9).

Imam Ibnu Katsir berkata: “(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memuji kitab-Nya yang mulia yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya Ta’ala, yaitu al-Qur-an, bahwa kitab ini memberikan petunjuk kepada jalan yang paling lurus dan jelas”10.

Maksudnya: yang paling lurus dalam tuntunan berkeyakinan, beramal dan bertingkah laku, maka orang yang selalu membaca dan mengikuti petunjuk al-Qur-an, dialah yang paling sempurna kebaikannya dan paling lurus petunjuknya dalam semua keadaannya11.

4.Mentaati dan meneladani sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
Allah Ta’ala menamakan wahyu yang diturunkan-Nya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sebagai al-huda (petunjuk) dan dinul haq (agama yang benar) dalam firman-Nya:

{هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا}

“Dialah (Allah Ta’ala) yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama, dan cukuplah Allah sebagai saksi” (QS al-Fath: 28).

Para ulama Ahli Tafsir menafsirkan al-huda (petunjuk) dalam ayat ini dengan ilmu yang bermanfaat dan dinul haq (agama yang benar) dengan amal shaleh12.

Ini menunjukkan bahwa sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam adalah sebaik-baik petunjuk yang akan selalu membimbing manusia untuk menetapi jalan yang lurus dalam ilmu dan amal.

Dalam hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah kitab Allah (al-Qur-an), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang diada-adakan (baru dalam agama)”13.

Inilah makna firman Allah Ta’ala:

{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا}

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS al-Ahzaab:21).

5. Mengikuti pemahaman dan pengamalan para Shahabat Radhiallahu’anhum dalam beragama
Allah Ta’ala berfirman:

{فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ}

“Jika mereka beriman seperti keimanan yang kalian miliki, maka sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam perpecahan” (QS al-Baqarah: 137).

Ayat ini menunjukkan kewajiban mengikuti pemahaman para Shahabat Radhiallahu’anhum dalam keimanan, ibadah, akhlak dan semua perkara agama lainnya, karena inilah sebab untuk mendapatkan petunjuk dari Allah Ta’ala. Para Shahabat Radhiallahu’anhum adalah yang pertama kali masuk dalam makna ayat ini, karena merekalah orang-orang yang pertama kali memiliki keimanan yang sempurna setelah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam14.

6. Meneladani tingkah laku dan akhlak orang-orang yang shaleh sebelum kita
Allah Ta’ala berfirman:

{أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهِ}

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka” (QS al-An’aam: 90).

Dalam ayat ini Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad Ta’ala untuk meneladani petunjuk para Nabi ‘alaihimussalam yang diutus sebelum beliau Ta’ala, dan ini juga berlaku bagi umat Nabi Muhammad Ta’ala15.

7. Mengimani takdir Allah Ta’ala dengan benar
{مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ}

“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS at-Taghaabun:11).

Imam Ibnu Katsir berkata: “Makna ayat ini: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, sehingga dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya”16.

8. Berlapang dada menerima keindahan Islam serta meyakini kebutuhan manusia lahir dan batin terhadap petunjuknya yang sempurna

Allah Ta’ala berfirman:

{فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ}

“Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk Allah berikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (menerima agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki kelangit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman” (QS al-An’aam: 125).

Ayat ini menunjukkan bahwa tanda kebaikan dan petunjuk Allah Ta’ala bagi seorang hamba adalah dengan Allah Ta’ala menjadikan dadanya lapang dan lega menerima Islam, maka hatinya akan diterangi cahaya iman, hidup dengan sinar keyakinan, sehingga jiwanya akan tentram, hatinya akan mencintai amal shaleh dan jiwanya akan senang mengamalkan ketaatan, bahkan merasakan kelezatannya dan tidak merasakannya sebagai beban yang memberatkan17.

9. Bersungguh-sungguh dalam menempuh jalan Allah Ta’ala dan selalu berusaha mengamalkan sebab-sebab yang mendatangkan dan meneguhkan hidayah Allah Ta’ala
Allah Ta’ala berfirman:

{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ}

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS al-‘Ankabuut: 69).

Imam Ibnu Qayyimil Jauziyah berkata: “(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala menggandengkan hidayah (dari-Nya) dengan perjuangan dan kesungguhan (manusia), maka orang yang paling sempurna (mendapatkan) hidayah (dari Allah Ta’ala) adalah orang yang paling besar perjuangan dan kesungguhannya”18.

Demikianlah pemaparan ringkas tentang sebab-sebab datangnya hidayah Allah Ta’ala, dan tentu saja kebalikan dari hal-hal tersebut di atas itulah yang merupakan sebab-sebab hilangnya/tercabutnya hidayah Allah Ta’ala, semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari segala keburukan dan fitnah.

Penutup
Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi motivasi bagi kita semua untuk lebih semangat mengusahakn sebab-sebab datangnya hidayah dari Allah Ta’ala.

Akhirnya kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah Ta’ala dengan semua nama-Nya yang maha indah dan sifat-Nya yang maha sempurna, agar Dia Ta’ala senantiasa melimpahkan, menyempurnakan dan menjaga taufik-Nya kepada kita semua sampai kita berjumpa dengan-Nya di surga-Nya kelak, sesungguhnya Dia Ta’ala maha mendengar lagi maha mengabulkan doa.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Catatan Kaki
1 HSR Muslim (no. 2577).

2 Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 39).

3 HR Abu Dawud (no. 1425), at-Tirmidzi (no. 464) dan an-Nasa-i (3/248), dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani.

4 HSR Muslim (no. 2721).

5 HR at-Tirmidzi (no. 3373) dan al-Hakim (1/667), dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani.

6 Kitab “Al Fawa-id” (hal. 133- cet. Muassasah ummil Qura, Mesir 1424 H).

7 HR an-Nasa-i (6/147) dan al-Hakim (no. 2000), dishahihkan oleh Imam al-Hakim, disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaaditsish shahihah” (1/449, no. 227).

8 Kitab “Al Fawa-id” (hal. 133- cet. Muassasah ummil Qura, Mesir 1424 H).

9 Lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 515).

10 Kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (3/39).

11 Lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 454).

12 Lihat kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (4/209) dan “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 335).

13 HSR Muslim (no. 867).

14 Demikian makna penjelasan yang penulis pernah dengar dari salah seorang syaikh di kota Madinah, Arab Saudi.

15 Lihat kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (2/208).

16 Tafsir Ibnu Katsir (8/137).

17 Lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 272).

18 Kitab “al-Fawa-id” (hal. 59).



Related Posts:

Pengertian tentang Hari Akhir

Dalam agama Islam, pengertian tentang hari akhir adalah hari kiamat yang didahului dengan musnahnya alam semesta ini. Jadi pada hari ini akan musnahnya seluruh makhluk yang masih hidup. Bumi pun akan berganti, bukannya bumi atau langit yang sekarang ini (Sayyid Sabiq). Beriman kepada hari akhir termasuk rukun yang kelima dari enam rukun Iman dalam aqidah agama kita, Islam. 

Selanjutnya Allah swt. menciptakan alam lain yang disebutnya Alam Akhirat. Di situlah makhluk akan dibangkitkan yakni dihidupkan lagi setelah mereka mati, ruhnya dikembalikan dalam tubuhnya dan dengan demikian mereka akan mengalami kehidupan yang kedua kalinya. Setelah dibangkitkan (diba'ats) lalu setiap jiwa akan dihisab (dipertunjukkan) seluruh amal yang berupa kebaikan dan krluirukan, maka barang siapa yang kebaikannya melebihi keburukannya, tentunya oleh Allah Ta'ala akan dimasukkan dalam surga, sedang barang siapa yang keburukannya lebih banyak dari kebaikannya, maka akan dimasukkan ke dalam neraka.

Buku Bahagia dunia dan bahagia akhirat

Keadaan pada hari kiamat itu penuh bahaya dan krsengsaraan yang mengerikan, kecuali bagi orang yang brriman. Keadaan yang sangat berbahaya itu (pada hari kiamat) wajib kita imani, artinya percaya bahwa akan terjadi keadaan yang demikian itu, kemudian sadar akan tergugah hatinya mengerjakan iman, ibadah dan amal saleh. Iman dan amal saleh itulah penyebab utama bagi keselamatan orang dari bahaya-bahaya yang dahsyat pada hari kiamat dan dari siksa neraka. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti atau tidak mau mengerti dan tidak percaya, ada juga yang mendustakan sama sekali. Atau ada pula kepercayaannya setengah-setengah, terbukti dengan adanya perbuatan-perbuatan mereka yang menjurus ke arah perbuatan menurutkan kemauan nafsunya, bahkan berani melanggar larangan-larangan dan meninggalkan yang wajib, tidak mau bersiap-siap untuk bekalnya di akhirat dan bekal untuk bepergian yang amat jauh menempuh perjalanan beribu-ribu tahun, yang akan berakhir di tempat yang menguntungkan dan menggembirakan ialah surga dan mungkin sampai di tempat yang berbahaya ialah Neraka Jahanam. 

Adapun sebab-sebabnya manusia kurang atau tidak percaya adanya hari kiamat itu, karena di dunia ini tidak ada contoh-contoh yang sama dengan keadaan di akhirat. Seumpama di dunia ini tidak ada bukti-bukti yang nyata yaitu lahirnya bayi atau anak binatang dari perut ibunya atau induk semangnya, kemudian dikatakan bahwa di sana ada Dzat Yang Maha Kuasa yang membuat keadaan semacam itu, niscaya manusia lebih membohongkan daya hari kiamat. Allah berfirman dalam surat Al-Qiyämah (75) ayat 36 - 40 yang berbunyi:

Artinya: "Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah dia mulanya hanya setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian (mani itu) menjadi sesuatu yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya, lalu Dia menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?" 

Percaya kepada hari akhir merupakan salah satu rukun atau sendi dari rukun iman, akar dan merupakan bagian pokok dari aqidah, bahkan sebagai unsur terpenting di samping kepercayaan kepada Allah Ta'ala. 

Yang demikian itu sebabnya ialah karena percaya kepada Allah Ta'ala akan dapat meyakinkan sumber pertama yang dari padanya itulah timbul segala yang ada di alam semesta ini, sedang percaya kepada hari kiamat akan dapat meyakinkan bagaimana kejadian yang terakhir bagi segenap makhluk yang pernah ada. 

Al-Qur'an memberikan perhatian yang sangat istimewa terhadap penetapan keimanan pada hari akhir itu. Perhatian yang besar ini dapat diketahui antara lain Allah Ta'ala tidak mengemukakan hari kiamat itu dengan nama satu sebutan saja, tetapi menggunakan nama-nama yang berlainan dan setiap nama menunjukkan pengertian apa yang terjadi pada hari itu (Sayyid Sabiq) sebagaimana tersebut di bawah ini: 
Hari Ba'ats (yaum al-Ba'tsi), sebagaimana firman-Nya dalam surat Ar-Rum (30) ayat 56: Artinya: "Dan orang-orang yang diberi ilmu dan keimanan berkata (kepada orang-orang kafir), sungguh kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit. Maka inilah hari berbangkit itu, tetapi (dahulu) kamu tidak meyakini (nya)".
Hari Qiyamat (yaum al-Qiyamah), sebagaimana firman- Nya dalam Al-Qur'an surat Az-Zumar (39) ayat 60: Artinya: "Dan pada hari Kiamat, engkau akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, wajahnya menghitam...." 
Saat (yaum al-Sa'ah), sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur/an surat Al-Qamar (54) ayat 1: Artinya: "Saat (hari Kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah”. 
Akhirat (yaum al-Aakhirah), sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Ala (87) ayat 16-17: Artinya: "Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal 
Hari Din (yaum al-din), sebagaimana firman-Nya dalam Al-Our'an surat Al-Fatihah (1) ayat 4:  Artinya: "Pemilik hari pembalasan". 
Hari Hisab (yaum al-hisab), sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Mu'min (40) ayat 27, yang artinya: Dan (Musa) berkata, sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri, tidak beriman kepada hari (perhitungan amal)." 
Hari Fath (yaum al-fathi), sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an surat As-Sajdah (32) ayat 29: Artinya: "Katakanlah, pada hari (kemenangan) itu, tidak berguna lagi bagi orang-orang kafir keimanan mereka dan mereka tidak diberi penangguhan." 
Hari Talaq (yaum al-talaq), sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Mu'min (40) ayat 15-16 yang artinya: "Dialah Yang Mahatinggi derajat-Nya, yang memiliki' Arsy', yang menurunkan (wahyu) dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, agar memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat), (yaitu) pada hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada sesuatu pun keadaan mereka yang tersembunyi di sisi Allah. " 
Yaum al-Hasrah, artinya hari penyesalan, sebagaimana firman Allah swt. dalam surat Maryam (19) ayat 39, yang artinya: "Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus, sedang mereka dalam kelalaian dan mereka tidak beriman. " 
Yaum al-Haq, artinya hari yang pasti terjadi, sebagaimana firman Allah swt. dalam Al-Qur'an surat an-Naba' (78) ayat 39. Artinya: "Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barang siapa menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. " 
Yaum al-Jam'i, artinya hari berkumpul, sebagaimana disebutkan dalam surat asy-Syura (42) ayat 7 yang artinya: "Dan demikianlah Kami wahyukan Al-Qur'an kepadamu dalam bahasaArab agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk ibukota Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak diragukan adanya. " 
Yaum al-Khulud, artinya hari kekekalan, sebagaimana firman Allah dalam surat Qäf (50) ayat 34, yang artinya: "Masuklah ke dalam surga dengan aman dan damai. Itulah hari yang abadi. "
Yaum al-Fashli, artinya hari keputusan, sebagaimana firman-Nya dalam surat Ad-Dukhan (44) ayat 40, yang artinya: "Sungguh hari keputusan (hari Kiamat) adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya. " 
Yaum al-Wa'id, artinya hari terlaksananya ancaman, sebagimana firman-Nya dalam Al-Our'an surat Qaf (50) ayat 20. Artinya: "Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari yang diancamkan." 
Yaum al-Khuruj, artinya hari keluar dari kubur, sebagaimana firman Allah swt. dalam Al-Our'an surat Qaf (50) ayat 42. Artinya: "(Yaitu) pada hari (ketika) mereka mendengar suara dahsyat dengan sebenarnya. Itulah hari keluar (dari kubur)." 
Yaum At-Tagabun, artinya hari ditampakkan kesalahan- kesalahan, sebagaimana firman Allah swt. dalam surat At-Tagabun (64) ayat 9. Artinya: "(Ingatlah) pada hari ketika Allah mengumpulkan kamu pada hari berhimpun, itulah hari pengungkapan kesalahan-kesalahan...." 
Yaum al-Tanad, artinya hari pemanggilan, sebagaimana firman Allah swt. dalam surat Al-Mu'min (23) ayat 32. Artinya: "Dan wahai kaumku. Sesungguhnya aku benar- benar khawatir terhadapmu akan (siksaan) hari saling memanggil." 
Yaum al-Mau'ud, artinya hari yang dijanjikan, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Buruj (85) ayat 2 yang artinya: "Dan demi hari yang dijanjikan." 
Yaum al-Kabir, artinya hari yang besar. Firman Allah swt. dalam surat Hud (11) ayat 3. Artinya: "Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksaan yang besar (hari kiamat)." 
Yaum al-Asir, artinya hari yang sulit. Firman Allah swt. dalam surat Al-Muddassir (74) ayat 9. 
artinya: "Maka itulah hari yang serba sulit." Demikian nama-nama hari akhir dari duapuluhsatu nama yang tersebut dalam Al-Qur'an.

Related Posts:

Dua Dosa yang Tetap Mengalir Meski Sudah Meninggal

Sebagian manusia bisa dengan mudah melakukan perbuatan dosa dalam kehidupan sehari-hari. Karena seringnya dilakukan, tindakan tersebut terkadang dianggap biasa sehingga tidak terasa seperti dosa. Padahal dosa bukanlah perkara main-main.

Balasannya mutlak neraka yang sudah disiapkan Allah SWT bagi hamba-Nya yang ingkar. Ternyata, setelah meninggal tanggungjawab terhadap dosa maksiat yang pernah dilakukan tidak terputus begitu saja.

Selama perbuatan maksiat tersebut masih berdampak dan berpengaruh kepada orang lain, maka dosanya akan tetap mengalir kepada pelakunya meski Ia sudah meninggal. Apa saja dosa-dosa tersebut? Berikut ulasannya.

Jika biasanya kita mengenal amal jariyah yang pahalanya mengalir meski sudah meninggal, maka ada juga dosa jariyah yang di janjikan Allah SWT akan diterima manusia. Saat sudah meninggal, seseorang akan tetap mendapatkan dosa karena perbuatannya semasa di dunia masih berpengaruh buruk terhadap orang lain.

Padahal di alam barzah manusia sangat membutuhkan limpahan pahala sebagai pertolongan mereka menunggu hari kiamat. Namun karena dosa jariyah ini mereka justru harus menanggung dosa-dosa yang dilakukan orang lain, akibat pengaruh atas tindakan maksiat yang pernah Ia lakukan semasa hidup.

“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)

Lantas apa saja dosa yang akan terus mengalir ini? 

1. Menjadi Pelopor Maksiat
Pelopor merupakan orang yang pertama melakukan suatu tindakan sehingga yang lain turut mengikuti. Pengikutnya bersedia meniru baik dengan paksaan maupun tanpa diminta sama sekali. Kondisi ini akan sangat bagus jika menjadi pelopor untuk tujuan yang baik. Namun bagaimana jika menjadi pelopor maksiat? 

Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim).

Orang yang menjadi pelopor ini sama sekali tidak mengajak orang di lingkungannya untuk berbuat maksiat serupa. Ia juga tidak memberikan motivasi kepada orang lain untuk mengikutinya. Namun karena perbuatannya ini Ia berhasil menginsipirasi orang lain melakukan maksiat serupa.

Itulah mengapa anak Nabi Adam, Qabil, yang menjadi orang pertama yang membunuh manusia harus bertangungjawab atas semua kasus pembunuhan di alam ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak ada satu jiwa yang terbunuh secara dzalim, melainkan anak adam yang pertama kali membunuh akan mendapatkan dosa karena pertumpahan darah itu.” (HR. Bukhari 3157, Muslim 4473 dan yang lainnya).

Tidak bisa dibayangkan, bagaimana dosa yang akan ditanggung pelopor dan pendesign rok mini, baju you can see, penyebar video porno dan masih banyak tindak maksiat lainnya. Sebagai pelopor dosa mereka akan terus mengalir hingga hari kiamat kelak. 

2. Mengajak Orang lain Melakukan Kesesatan dan Maksiat
Berbeda dengan pelopor yang hanya menginspirasi orang lain, orang yang satu ini dengan nyata mengajak orang lain untuk melakukan kesesatan dan tindakan maksiat. Merekalah merupakan juru dakwah kesesatan, atau mereka yang mempropagandakan kemaksiatan.

Dalam Alquran Allah SWT menceritakan bagaimana orang kafir kelak akan menerima dosa dari kekufurannya. Belum lagi dengan dosa-dosa orang-orang yang juga mereka sesatkan.

“Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada hari kiamat, dan berikut dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan).”(QS. an-Nahl: 25)

Ayat ini memiliki makna yang sama dengan  hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun.” (HR. Ahmad 9398, Muslim 6980, dan yang lainnya).

Contoh mudah terkait hadist ini adalah orang-orang yang menjadi propaganda kesesatan, mereka menyebarkan pemikiran-pemikiran yang menyimpang, mengajak masyarakat untuk berbuat kesyirikan dan bid’ah.

Merekalah para pemilik dosa jariyah, lantas bagaimana dosa mereka? Selama masih ada manusia yang mengikuti apa yang mereka serukan, maka selama itu pula orang ini turut mendapatkan limpahan dosa, sekalipun dia sudah dikubur tanah.

Termasuk juga mereka yang mengiklankan maksiat, memotivasi orang lain untuk berbuat dosa, sekalipun dia sendiri tidak melakukannya, namun dia tetap mendapatkan dosa dari setiap orang yang mengikutinya.

Semoga kita lebih berhati-hati dalam bertindak, dan lebih banyak melakukan amal shaleh dibanding dosa-dosa maksiat. Karena hidup tidak hanya semata di dunia lalu selesai ketika sudah meninggal. Namun perjalanan masih panjang untuk menuju kehidupan yang kekal.

Related Posts:

Inilah 21 Cara Mudah Dan Murah Membahagiakan Istri

Bahagia dalam rumah tangga adalah impian setiap orang. Seorang istri tentu sangat berharap sekali bisa mendapatkan perhatian khusus dari sang suami. Ini ada beberapa  Cara Mudah Dan Murah Membahagiakan Istri : 

Inilah 21 Cara Mudah Dan Murah Membahagiakan Istri

1. TUNJUKKAN SELALU CINTA DAN KASIH SAYANG
Jika anda ingin memelihara cinta dalam hubungan anda, jangan pernah mengabaikan istri. Meskipun anda tahu anda mencintainya dan ia seharusnya tahu bagaimana perasaan anda, anda harus menunjukkan padanya betapa anda menghargai hubungan ini. Ia adalah seorang istri, bukan cenayang.

Katakan pada istri anda bahwa anda mencintainya setiap hari apapun kondisinya. Tak hanya mengatakan bahwa anda mencintai istri anda, namun katakan padanya mengapa anda sangat mencintainya dan menghargainya. Ingatkan istri anda mengapa ia begitu spesial.
Jangan menunjukkan kasih sayang hanya di ruang tidur. Peluk, belai, dan cium istri anda sesering mungkin.

Jika anda meninggalkan rumah pada saat ia tidak ada atau justru masih tidur, tinggalkan kertas dengan kalimat betapa anda mencintainya dan mendoakan agar ia menjalani hari yang menyenangkan.

2. PASANG FOTONYA DI SOSIAL MEDIA MILIK ANDA
Hal kecil selanjutnya adalah meng-upload  foto istri dan anak di sosial media milik anda, atau foto berdua sebagai display whats app atau bbm. Pasti berbunga-bunga istri anda karena merasakan cinta dan kebanggaan suami terhdapnya. Seolah suami mendeklarasikan bahwa “inilah istri saya. Dia adalah wanita yang bisa membahagiakan saya. Melihat ini istri akan merasa bangga dan bahagia.

3. BERIKAN  WAKTU LUANG PADA ISTRI ANDA
Bagian dari cara untuk membuat isri bahagia adalah memberi waktu luang untuk dirinya sendiri. Berikan ia kesempatan untuk memanjakan dirinya di salon, atau sesekali berkumpul bersama teman-temannya. Lepaskan rutinitas bergumul dengan pekerjaan domestiknya. Biarkan ia sejenak meluruskan kaki, merefreshkan diri bersama teman-temannya agar pikirannya tenang dan jernih kembali. Istri sudah berhari-hari melakoni rutinitas yang menjemukan bahkan monoton. Sudah selayaknya istri melepaskannya sejenak.

4. PANDANGI ISTRI DENGAN MESRA
Ini juga amalan yang bisa sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Tataplah istri dengan penuh perhatian, selain Allah akan memandang kita dengan penuh kasih, juga bisa membuat istri merasa senang karena diperhatikan.

“ Sesungguhnya bila seorang suami menatap istrinya dan istri membalas pandangan (dengan penuh cinta kasih) maka Allah akan memandang  mereka dengan pandangan penuh kasih sayang “.
Istri mungkin akan merasa malu-malu saat tahu ia anda pandangi. Namun sesungguhnya ia bahagia karena suaminya ternyata romantis.

5. DENGARKAN SETIAP KALI IA SEDANG BICARA
Sebenarnya wanita itu simpel, mereka hanya butuh didengarkan dan di respon positif, bukannya malah di komentari atau di gurui. Cukup dengarkan segala keluh kesah dan curhatannya, niscaya ia akan merasa plong dan bahagia. Ia tak butuh untuk dihibur dengan hal yang serba mewah. Ia hanya ingin anda mendengar dengan khusyuk segala kata-katanya yang meluncur.

Biarkan ia selesaikan hajatnya dalam berkeluh kesah. Setelah ia puas bercerita, barulah berikan pelukan penuh cinta kepadanya. Cukup seperti itu saja tanpa memberinya solusi, maka ia akan bahagia dan puas.


6. NYANYIKAN LAGU UNTUKNYA
Poin ini khusus untuk para suami yang memiliki suara merdu, jika tidak, anda bisa membuatkan puisi atau menyetel lagu yang sesuai dengan maksud hati. Hati wanita akan merasa tersanjung jika diberikan lagu-lagu cinta dan penuh rayuan.

Hatinya akan melayang-layang terbawa lantunan syair lagu tersebut. Bisa juga dengan mengajak dia berdansa sambil memeluknya. Betapa ini membahagiakan istri. Kebahagiaan istri ini selanjutnya akan terpancar dalam aktifitasnya melayani suami. Istri akan sepenuh hati melayani suaminya.

7. LUANGKAN WAKTU UNTUK JALAN-JALAN BERSAMA
Sesibuk apapun, sempatkan waktu untuk berdua saja dengan istri berjalan-jalan, meskipun hanya untuk berbelanja bersama di supermarket, atau menjajal kuliner baru dekat rumah atau bahkan membeli kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional. Momen berdua itulah yang akan mengeratkan ikatan cinta keduanya. Kegiatan tersebut bisa sekaligus digunakan sebagai masa pacaran sambil curhat tentang perasaan masing-masing di sepanjang perjalanan.

8. PERKENALKAN IA DI DEPAN TEMAN-TEMANMU
Seorang istri biasanya merasakan persaingan ketat dengan hobi dan komunitas atau teman-teman suaminya, jika kita dapat mengajak istri dan memperkenalkan istri dengan bangga di depan teman-teman, kemungkinan besar istri akan merasa senang karena dipercaya.

Seorang suami terkadang memiliki sifat yang menganggap istri hanya teman di belakang saja. Artimya ia tak perlu sampai dikenalkan kepada teman-temannya sekantor atau komunitasnya. Sifat seperti ini harus di jauhkan oleh seorang suami, jika ingin memiliki istri yang percaya diri dan penuh perhatian.

9. BERI KEJUTAN
Wanita sangat menyukai kejutan, coba cari tahu apa yang paling diinginkan oleh istri, kemudian belikanlah untuknya. Bisa berupa hal-hal sederhana semacam : surat cinta, setangkai mawar merah, bros manis dan lain sebagainya. Atau bahkan hanya sebuah dompet mini bisa membuat istri berbunga-bunga karena suaminya begitu perhatian kepadanya.

10. INGAT TANGGAL LAHIRNYA DAN TANGGAL PERNIKAHAN DAN BERI UCAPAN MESRA
Hal kecil dan tampak sepele lainnya tapi sesungguhnya bisa berdampak besar adalah dengan mengingat tanggal lahir dan tanggal pernikahan, kemudian merayakannya bersama minimal dengan membaca doa bersama ataupun membuat resolusi bersama. Ajak dia keluar makan bersama, meskipun hanya di warung bakso sebelah rumah, lalu ucapkan selamat kepadanya. Ini tidak membutuhkan biaya yang besar, namun bisa mengubah suasana menjadi berbunga-bunga.

11. KATAKANLAH “ AKU BANGGA MENJADI SUAMIMU “
Walaupun mungkin kalimat ini terdengar sederhana, percaya atau tidak, ternyata kalimat ini berdampak besar bagi rumah tangga anda. Belajarlah untuk sering mengucapkannya sebagi tanda bahwa anda bersyukur dan bangga telah mendapatkan istri anda sebagai pasangan hidup. Pengakuan ini akan membahagiakan istri setiap saat. Istri akan semakin memberikan yang terbaik untuk suami tercinta.

12. MEMPERSILAKAN ISTRI
Pernahkah anda mengucapkan kalimat ini pada istri anda? Ya, memang terdengar sederhana, tetapi ternyata sering juga dilupakan. Belajarlah mengucapkan kalimat sederhan ini, misalnya ketika mempersilahkan istri untuk masuk kedalam mobil atau rumah, mempersilahkan istri anda untuk makan dan sebagainya.

Gaya anda dalam melayani istri yang semacam ini akan membuat istri merasa tersanjung karena merasa di utamakan dan di hormati suaminya.

13. SERINGLAH MEMUJINYA, “ KAMU SANGAT CANTIK “
Tentunya, setiap wanita sangat senang ketika di puji, apalagi yang memujinya adalah suaminya sendiri. Pujilah istri anda dengan mengatakan dia sangat cantik. Mungkin istri anda mengalami perubahan ketika setelah menikah dan memiliki anak. Apapun perubahan yang terjadi pada istri anda, tentu tidak akan memudarkan cinta anda kepadanya jika anda benar-benar mencintainya.
Percaya atau tidak, ketika anda selalu mengucapkan kalimat ini, istri anda akan selalu menjadi wanita tercantik di dunia ini dimata anda. Ini juga akan memotivasinya untuk selalu menjaga penampilan demi membahagiakan anda.

14. PANGGIL DENGAN PANGGILAN ROMANTIS
Panggillah istri anda dengan panggilan romantis yang paling disukainya. Contoh yang paling sederhana, “sayang”. Jika anda merasa deg-degan, anda bisa latihan dulu. Tetapi jika anda merasa hal itu bisa mengurangi kewibawaan atau khawatir disebut lebay, anda bisa mengingat kembali bahwa Rasulullah memanggil Aisyah dengan sebutan “Humairah” (yang pipinya kemerah-merahan). Dan kewibawaan Rasulullah sama sekali tidak berkurang karenanya.

15. KATAKAN CINTA
Sejak akad nikah anda tak pernah mengatakan cinta pada istri? Anda perlu mengumoulkan keberanian untuk mengucapkan tiga kata ini : “aku cinta kamu” lalu ucapkan pada istri dengan lembut. Lebih romantis lagi jika cinta ini di ucapkan saat makan malam yang spesial. Bisa jadi momen ini menjadi momen yang tak terlupakan dalam hidupnya, dan dicatat di buku harian : tanggal suami mengucap cinta prtama kali.

Jika dulu anda pernah mengatakannya, maka persoalannya bukanlah keberanian. Anda bisa mengulanginya lagi lebih intens, lebih berkesan, lebih romantis.

16. KATAKANLAH, “ KAMU ISTRI YANG SEMPURNA “
Hampir semua wanita ingin terlihat sempurna bagi suami dan anaknya. Namun, kadang suami tidak menyadari bahwa pujian ini harus benar-benar disampaikan, jangan hanya disimpan dalam benak anda sendiri. Jangan ragu mengucapkan kalimat ini pada istri anda agar istri anda menjadi selalu semangat menjadi ibu rumah tangga yang baik untuk anda dan anak-anak.

17. MAKAN BERDUA
Anda bisa mengajak istri dan anak-anak pergi ke taman, atau ke tempat wisata keluarga. Biarkan anak-anak bermain, lalu anda berdua dengan istri. Ambil seiris semangka, katakan kepada istri bahwa anda ingin memakannya berdua, bersama-sama. Istri anda pasti akan senang.

18. PAKAI BAJU CUOPLE
Saat ini banyak tersedia kaos couple. Sepasang kaos yang tulisannya atau gambarnya bersambung. Jika anda menghadiakan kaos tersebut tentu saja untuk ukuran muslimah yang tidak membentuk dan memakainya bersama saat santai atau berolahraga, itu akan menjadi momen yang romantis.

19. BENTUK TANDA CINTA DENGAN TANGAN ANDA
Saat berdua dengan istri, ajaklah ia mengulurkan tangannya dan menyatukan jarinya dengan jari anda membentuk tanda cinta. Minta anak atau orang lain mengabadikan momen romantis tersebut. Hal-hal kecil seperti ini akan membuat istri anda lebih bahagia.

20. SHALAT MALAM BERDUA
Jangan dikira romantisme hanya itu-itu saja. Shalat malam juga bisa menjadi momen-momen romantis bahkan dengan nuansa spiritual yang kental. Bangunkan istri untuk berwudhu bersama kemudian dilanjutkan shalat malam berdua dan berdoa bersama. Saling mendoakan kebahagiaan akan menguatkan ikatan cinta.

21. SALING MENYUAPI
Anda bisa mengambil sepiring makanan lalu menyuapi istri dan sebaliknya, minta ia menyuapi anda pada giliran berikutnya. Lakukan dikala sehat. Kalau saat sakit, mungkin rasa romantismenya kurang terasa.

Dari Saad bin Abi Waqosh ra berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda :

“ Dan sesungguhnya jika anda memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga suapan nasi yang anda suapkan kedalam mulut istrimu “. ( Mutafaqun Alaih )

Apabila seorang istri makan bersama suaminya dan suami menyuapi makanan tersebut ke mulut istrinya, niscaya ia akan mendapatkan pahala dan hal itu akan memperkokoh kecintaan istrinya. Sesuatu yang tidak di pungkiri, bahwa saling menyuapi dapat menguatkan jalinan kasih sayang antara suami dan istri. 

Related Posts:

Apakah Suami Istri Kelak Akan Bersatu Kembali Di Surga? ini Jawabannya !

Saudaraku, pernahkah terlintas dalam benakmu, Apakah suami istri akan pulang bersatu di surga kelak? Pertanyaan ini seringkali timbul berdasarkan para anggota keluarga yang merasa takut tidak akan bertemu keluarganya lagi pada akhirat. 

Apakah Suami Istri Kelak Akan Bersatu Kembali Di Surga? ini Jawabannya !

Rasa takut akan berpisah dari keluarga menciptakan beberapa orang ingin berkumpul dengan keluarganya pada akhirat kelak, yakni di sorga. Lalu apakah bisa mereka masih Berkumpul lagi di akhirat? Ini Jawabannya

Seorang istri kelak akan bersatu balik bareng suaminya di surga nanti, terlebih mereka akan berkumpul beserta anak cucu dan keturunannya selagi keluarganya beragama Islam. Sebuah dalil menjelaskan bahwa Allah akan mempertemukan anak cucu dengan orang tertuanya di pada Surga kelak.

***

Doa malaikat juga mencerminkan hal ini, yakni beserta penerangan bahwa umat muslim akan dimasukkan ke dalam surga ‘Adn bersama orang shaleh pada antara nenek moyang, istri-istri, suami-suami, anak keturunannya.

Ulama Ibnu Katsir mengungkapkan bahwa Allah akan mempersatukan umat muslim dengan anak keturunannya buat menyejukkan pandangan karena kedudukan yg saling berdekatan. Contohnya pada kehidupan Dunia ini, pasti kita akan merasa nyaman apabila berada pada dekat keluarga.

Allah akan menyamakan kedudukan mereka supaya hening. Apabila terdapat di diantara mereka yg memiliki kebajikan lebih tinggi, maka Allah tidak akan mengurangi kedudukannya sampai setara melainkan Allah akan meninggikan kedudukan orang lain agar mampu setara. Benar-benar akbar karunia Allah serta kenikmatan-Nya dalam kita. Subhanallah...

***

Saat seorang hamba masuk ke dalam sorga, dia bertanya dimanakah bapaknya, ibunya, suami atau istrinya, anak serta cucunya. Lalu dijawablah bahwa keluarganya itu tidak memiliki kebajikan yang setara dengan hamba tadi sehingga mereka berada di loka yg tidak sinkron. Hamba itu kemudian menjawab bahwa kebajikan yg dia miliki merupakan untuknya serta keluarganya maka dipertemukanlah beliau beserta keluarganya beserta kedudukan yang setara.

Pembahasan apakah suami istri kembali bersatu pada Surga kelak menerangkan bahwa sahih jika seseorang istri berkumpul balik beserta suami serta keluarganya di sorga. Meskipun demikian, masih ada pendapat lain yang berkata jika seseorang hamba yg dimasukkan ke pada surga maka iri hati dan dengki akan dihapuskan pada pada hatinya sehingga mereka menentukan buat berpisah daripada manunggal lagi dengan keluarganya.

***

Pendapat ketiga berkata bahwa apabila seorang perempuan relatif menikah semasa hidupnya, maka Allah akan menaruh pria sangat baik sebagai jodohnya di pada surga, begitu pula beserta pria yang agak pernah menikah. Semua itu adalah kenikmatan yang diberikan sang Allah pada para penghuni sorga sehingga tidak terdapat seseorang hamba pun yang lajang di pada Surga. Inilah maksud menurut suami serta istri akan berkumpul kembali.

Selama hidup, pastilah semua orang tidak berminat berpisah dengan keluarganya. Tinggal bersama keluarga akan menaruh ketenangan pada menjalani kehidupan sehari-hari. Ketakutan besar  bagi seseorang untuk berpisah menurut orang tersayangnya. Namun, apa daya jika Allah telah berkehendak untuk memisahkan hambanya berdasarkan hamba tidak sama.

Sebagai seorang hamba, kita harus percaya bahwa takdir Allah lebih baik daripada sekedar kehendak kita lantaran Allah mengetahui apa yg tidak kita ketahui. Bersatu atau tidaknya kita beserta famili pada hari kelak tidak lebih penting dari bersatunya kita beserta Rasulullah SAW menjadi umatnya. Bahkan, tidak terdapat salahnya bila kita memohon dan berdoa pada Allah buat menyatukan keluarga dalam ridho Allah. Tidak terdapat yang tidak mungkin apabila Allah berkehendak. 
Demikianlah tadi jawaban pertanyaan apakah suami istri Bersatu pada Surga kelak. Aamiin... Mari share, semoga bermanfaat

Related Posts:

Ayah, Bunda - Jangan Abaikan Anak Umur 7 Tahun yang Tidak Mau Shalat

Orangtua tidak minta apa-apa padamu, Nak. Orangtua hanya ingin anaknya bahagia dan baik ibadahnya, kami sudah senang.” Begitulah nurani kebanyakan orangtua. Tiada rasa pamrih apa pun pada masa depan buah hatinya. Harapannya dalam mengasuh ialah yang terbaik dunia akhirat untuk anak, tapi apakah kebaikan tersebut menjelma menjadi sosok anak-anak yang sesuai harapan?

Ayah, Bunda - Jangan Abaikan Anak Umur 7 Tahun yang Tidak Mau Shalat

Anak yang tidak Sesuai Harapan

Entah hal ini termasuk bagian dari tanda-tanda akhir zaman atau tidak, tapi kita bisa melihat betapa banyak anak yang sudah akil baligh, semakin dewasa bukannya meringankan orangtua, malah menjadi beban berkepanjangan. Sepertinya bukan hal yang sulit menemukan remaja kini yang tidak hormat dan mudah memerintah orangtua, bermental rapuh dan kekanak-kanakan, berperilaku keras, pemarah, bahkan ketika sudah menikah masih butuhbantuan orangtua. Padahal, orangtua akan semakin menua. Kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan anak tak lagi sekuat dulu.

Keikhlasan orangtua dalam memberikan apa pun yang anak butuhkan, bukan saja akan memperburuk kualitas kepribadian anak, tapi juga bisa menjadi bumerang bagi orangtua. Mengasuh dengan ikhlas bukan berarti memanjakan atau membebaskan anak berbuat semuanya, memaklumi dan selalu membela perilaku menyimpangnya, atau ketika dewasa anak boleh memilih jalan hidup sesukanya. Karena nanti kita akan ditanya,sudah sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya-kah kita memperlakukan amanah-Nya ini?

Pada Awalnya, Menyepelehkan Shalat

Konsultan keluarga samara, Dr H Ade Purnama, MA, mengindikasikan bahwa fenomena anak-anak yang rapuh ini sebetulnya bermula dari kesalahan orangtua dalam mengemban amanah atau mendidik. Dalam ajaran Islam, anak-anak sudah diperintahkan  untuk shalat sejak usia 7 tahun. Itu artinya, sebelum 7 tahun dia sudah diajari tentang shalat. “Jika usia 5-6 tahun anak belajar shalat, masuk usia 7 tahun dia sudah bisa diajak shalat, ke masjid sudah tidak harus disuruh. Jadi tahapannya, usia 5-6 tahun diajari, 7 tahun disuruh, 8-9 tahunsosialisasi, 10 tahun sudah wajib shalat,” jelas Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Jakarta Utara ini.

Shalat, imbuh Ade, ialah pendidikan dasar sejak awal. Ini menunjukkan pendidikan tentang mental spiritual. Jauh sebelum anak diajari tentang ilmu pengetahuan dalam pengertian sains, ternyata mental spiritual itu sudah ditanamkan sebelum 7 tahun. Jika ini dipraktikkan, tidak akan ada generasi yang rapuh mentalnya. Tidak akan ada anak-anak yang secara usia sudah besar, tapi secara mental kekanak-kanakan. Kenapa? “Karena pendidikan shalat sebagai cermin pendidikan spiritual itu sudah tertanam bahkan sebelum 7 tahun. Usia 10 tahun dia sudah dewasa secara ruhiyah. Kalau sudah dewasa secara ruhiyah, berikutnya tinggal diajari hal-hal yang berkaitan dengan aqliyah, pengetahuan ilmiah,” tegasnya. Itulah jawaban mengapa banyak anak rapuh secara mental.

Islam menjadikan shalat sebagai barometer pendidikan mental seseorang. Tidak aneh ketika Umar ra ingin mengangkat seorang gubernur, beliau akan selalu menanyakan bagaimana shalat berjamaahnya si Fulan. Jika bagus, barulah dilantik. Ketika sahabat bertanya apa hubungan antara shalat dan jabatan gubernur? Beliau menjelaskan, “Shalat itu amanah Allah, kalau amanah Allah dia jaga, amanah manusia akan dia jaga. Kalau amanah Allah sudah diabaikan, apalagi amanah yang lain
.
Secara fitrah, manusia harus memenuhi tiga aspek kebutuhan dasarnya, yaitu ruhiyah, jasadiyah, dan aqliyah. Jika kebutuhan jasadiyah terpenuhi dengan sandang-pangan-papan, dan aqliyah terpenuhi dengan pendidikan formal dan nonformal, maka ruhiyah hanya bisa dipenuhi dengan ibadah dan dzikrullah. Inilah yang berperan dalam pengendalian diri seseorang sehingga melahirkan kematangan jiwa dan kedewasaan, walaupun ia tidak berpendidikan tinggi.

Ketika Anak Mengecewakan

Penelitian membuktikan bahwa kerusakan perilaku yang terjadi pada anak, banyak disebabkan oleh tidak harmonisnya hubungan orangtua dan anak. Jika di satu sisi banyak orangtua yang permisif pada anak, di sisi lain banyak pula orangtua yang otoriter, kurang bisa mendengarkan aspirasi dan memaafkan kesalahan anak. Orangtua mudah emosi dan menyalahkan anak ketika ada hal yang tidak sesuai dengan kehendaknya.

Emosi yang kerap menghiasi pola asuh kepada anak, menurut Ade, menunjukkan belum ada kesadaran dan keikhlasan di hati orangtua dalam melaksanakan perintah Allah itu. Manusia mana pun tak pernah lepas dari salah, apalagi seorang anak. Maka ketika mendapati kesalahan dari seorang anak, orangtua selayaknya selalu melapangkan dada untuk memberi maaf. Sikap keras dan kasar malah akan menjadikan anak menjadi lebih kasar seperti yang ia lihat dari orangtuanya.

Tapi, tambah Ade, kita harus membedakan antara memaafkan dengan tidak membiarkan kesalahan. Ketika anak melakukan kesalahan, jelas harus dimaafkan. Tidak harus selalu dihukum, tapi tunjukkan kesalahannya. “Orangtua yang lebih banyak memaafkan anak dan meluruskan kesalahannya lebih baik daripada yang banyak menghukum tapi tidak pernah mengingatkan kesalahan,” jelas dosen di beberapa kampus ini.
Lalu sampai kapan orangtua wajib mengingatkan dan mengarahkan anaknya? “Sampai menikahkan anaknya, orangtua tidak wajib lagi mendidik anaknya, baik laki-laki maupun perempuan. Ketika seorang anak lelakimenikah, dia jadi pemimpin; ketika anak perempuan menikah, dia dipimpin oleh suaminya.
Namun tentu saja nasihat dan arahan orangtua sampai kapan pun tetap penting bagi hidup seorang anak. Hanya posisinya, ketika si anak sudah menikah, nasihat orangtua lebih kepada nasihat seorang Muslim kepada saudaranya.

Karenanya, jangan tinggalkan anak yang lemah di belakang kita. Asah kemampuan mengemban amanah Allah semaksimal mungkin agar anak betul-betul bisa menjadi investasi masa depan orangtuanya. Karena Investasi terbesar orangtua adalah anak-anak.

Mari kita ajarkan anak-anak kita sedini mungkin disiplin dalam hal beribadah khususnya dalam hal shalat 5 waktu. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi orangtua agar termotivasi untuk mendidik anaknya menjadi anak yang sholih sholihah.

Related Posts:

Ternyata Larangan Rasulullah Untuk Mencabut Uban Kini Terbukti Secara Medis, Tolong Sebarkan!

Sangat wajar jika seseorang menginjak usia senja, muncul pada kepala, wajah atau jenggotnya rambut putih, alias uban. Itulah fase kehidupan yang akan dilewati oleh setiap insan sebagaimana firman Allah Ta’ala,

Ternyata Larangan Rasulullah Untuk Mencabut Uban Kini Terbukti Secara Medis, Tolong Sebarkan!

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar Ruum: 54)

Kadangkala memang kita ingin menghilangkannya, mencabutnya, atau mengganti warnanya dengan warna lain. Namun alangkah bagusnya jika setiap tindak-tanduk kita didasari dengan ilmu agar kita tidak sampai terjerumus dalam kesalahan dan dosa.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,

"Janganlah mencabut uban karena uban adalah cahaya pada hari kiamat nanti. Siapa saja yang beruban dalam islam walaupun sehelai, maka dengan uban itu akan dicatat baginya satu kebaikan, dengan uban itu akan dihapuskan satu kesalahan, juga dengannya akan ditinggikan satu derajat." (HR Ibnu Hibban)

Bagian Uban Yang Dilarang Untuk Dicabut, dan Hukum Mencabut Uban

Dalam kitab Al Jami Li Ahkami Ash Shalat, Muhammad Abdul Lathif Uwaidah mengatakan bahwa bagian yang dilarang untuk dicabut ubannya adalah jenggot, alis, kumis dan kepala. Sementara itu hukum tentang larangan mencabut uban menurut para ulama dari kalangan Malikiyah, Syafi'iyah dan Hanabilah sepakat bahwa hukumnya makruh.

Larangan Mencabut Uban Berdasarkan Medis

Seorang ilmuwan dari Spanyol bernama Ismael Galvan, di tahun 2012 melakukan penelitian tentang uban. Hasilnya cukup mencengangkan karena ternyata seseorang yang memiliki uban akan hidup sehat dan berumur panjang.

"Pada manusia, melanin seperti pada kulit, rambut dan bulu merupakan jenis yang sama. Hal ini membatasi pengetahuan pada konsekuensi fisiologi pigmentasi", Ucapnya.

Maksud dari keterangan tersebut menyatakan bahwa uban menjadi tanda absennya melanin yang berarti juga kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat.

Subhaanallah, sungguh apa yang dianjurkan Rasulullah bersumber dari Allah yang Maha Mengetahui sehingga tidak ada satu pun anjuran yang tidak memiliki manfaat, baik untuk kehidupan dunia ataupun akhirat. Maka sudah sepatutnya kita untuk selalu bersyukur masih diberi kesempatan mengetahui segala anjuran Rasulullah dan berusaha semaksimal mungkin mengamalkannya.

Wallahu A'lam

Related Posts: